*
Sempurna.
Hanya satu kata itu yang mampu kulantunkan untukmu, mewakilkan seluruh keindahan yang ada dalam dirimu, yang ternyata mampu menghipnotis duniaku. Mempengaruhi pikiranku, racuniku dengan sunggingan indahmu. Sempurna.
Mengagumi.
Satu kata berimbuhan me- dan -mi yang mampu aku lakukan saat ini, yang mampu aku lakukan untukmu. Untuk rasa ini. Terdengar indah, bukan?
Aku mengaguminya, mengindahkan kesempurnaan miliknya yang Tuhan ciptakan dengan kuasanya. Sungguh, aku mengaguminya.
Pengagum rahasia?
Sebutan yang pantas untukku? Apa iya?
Ya, aku memang hanya bisa mengaguminya, merasakan tiap lekuk sempurnanya, mengawasi tiap senti gerakannya. Dan bagiku, ini cukup. Atau mungkin, sangat cukup.
*
Postur sempurna itu, kembali terpeta jelas dalam retinaku. Oh Tuhan.. Sesungguhnya, dia tercipta dari apa?
*
"Cakka! Kamu maju,"
Aku sedikit tersentak, mendengar nama itu terlintas di indra pendengarku. Cakka? Oh..
"Karateka, yoik!"
"OSH!"
Pekiknya lantang, yang dengan kilatnya kembali meracuni pikiranku. Tunggu, tunggu sebentar! Aku tak ingin, sedikitpun mengabaikan suguhan indah ini. Lihat saja, tiap gerakannya.. Kembali mampu menorehkan senyuman dalam wajah -tak- sempurnaku ini.
Bug!
Satu pukulan mendarat telak.
"Yamme! Naware..."
Bapak-bapak yang sedari tadi mengarahkan sosok itu melambaikan tangannya keras ke arah Cakka.
"Osh!"
Kulihat semua bersorak menyambut kemenangannya -lagi- dalam pertandingan ini. Ehm. Maksudku, setiap pertandingan yang ia ikuti.
"Gila.."
"Parah lo, Cak.."
"Jago banget,"
"Parah aja,"
"Ngeri toh?"
Aku tersenyum, menelaah kembali ukiran indah itu. Oh tuhan.. Keringatnya mengucur deras! Ingin sekali aku mengusapnya, ingin sekali! Hanya saja...
"Yaampun sayang, kamu emang hebat!"
"Hebat? Hebat doang nih? Haha."
"Hebat banget, dong.. My princee.."
Eurgh. Ingin sekali sekarang juga, aku menghampiri mereka, menumbuk habis wajah gadis itu, dan berteriak lantang.
'WOY! GUE DISINI! KAGUM SAMA ELO! GA KELIATAN APA?!'
Sangat tragis. Karna hal itu, terlalu konyol untuk benar-benar kulakukan.
Haha. Aku terkekeh sendiri. Melihat lekuk tubuhku yang sangat buruk jika bersanding dengannya. Buruk, sangat buruk. Beauty and the beast? Oh no. Lebih tepatnya, si perfect dan si kumel.
Lihat saja Shilla.. Ia begitu cantik. Wajar saja bila Cakka suka. Sedangkan aku? Mungkin untuk sekedar melirik padaku saja, pandangannya seolah ternodai.
Itulah, seberapa indahnya dia.
Dan, seberapa buruknya aku.
"Agni!"
Kulihat Acha datang menyapaku,
"Udah selesai eskulnya?"
"Ye.. Aturan gue yang nanya, udah selesai mandangin si 'dia' nya?"
Aku tersipu. Hanya dapat memamerkan senyum remehku pada Acha.
"Udah dong, walaupun belom puas. Lanjut besok lah. Haha,"
Acha mendengus. "Oke, yuk balik,"
Aku tersenyum. Lalu beranjak dari tempatku yang tadi memandangi ukiran indah itu. Cukup sudah hari ini. Cukup mampu menorehkan senyum pada diriku.
Yah, senyumnya..
Walau tak pernah ia persembahkan untukku, namun aku sudah cukup bersyukur, mendapatkan efek dari sunggingan indah itu, di setiap harinya. Setiap harinya, yang selalu bersamanya.
Tak apa, tak perlu kumiliki. Dengan dia tak melarangku untuk terus mengawasi paras sempurna nya saja, itu sudah.. Cukup.
*
Mengagumi, itu lebih indah kawan..
Dan jangan pernah, memaksakan suatu rasa. Karna rasa, tak pernah ingin dipaksa. Ia akan mengalir, mengalir bersama apa yang ia mau.
Dan aku pun sadar diri, bahwa aku, sangat berbeda dengannya.
Aku pernah mendengar, cinta itu buta. Cinta itu tak pernah memandang apapun. Oh ya? Sepertinya, semua itu tak berlaku untuk kisahku.
Ha. Dia, sempurna...
Dan aku pun, bahagia seperti ini. Karna meski ia tak dapat kumiliki, aku masih dapat merasakan dirinya, ada disampingku.
Dan terima kasih. Itu semua, sangat mempengaruhi hidupku. Senyum ini, karna dia. :)
*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar