Senin, 21 November 2011

Mentari Untukmu ( Flash Fiction )

*

Bulan. Masih seperti biasa, menjalankan tugasnya yang mulia untuk menerangi langit malam dengan kokohnya.

Bintang.Terlihat indah tertampak menghiasi kelamnya langit malam, menemani bulan dalam menunaikan tugasnya.

Matahari. Kemanakah ia malam ini? Mengapa ia tak tampak? Menurut teori Heliosentris kan, matahari itu pusat tata surya.Namun, saat langit berubah mencekam, mengapa ia justru pergi? Mengapa?

*

Aku memang bodoh, tiap malam aku menyendiri, duduk disini. Hanya untuk merenungkan pertanyaan bodoh seperti itu. Kemanakah matahari saat malam hari?

*

"Indah banget yah, Io.."Aku tersenyum, melihat ke gadisku yang saat ini sedang berada tepat disampingku, bersamaku, menatap langit malam ini. Patutlah aku bersyukur pada Tuhan, karna telah mempercayaiku untuk menjaga gadis ini. Anugerah terindah yang pernah ku miliki.

"Iya, Fy.."Balasku. Lalu tetap memperhatikan tiap lekuk ukiran alami Tuhan yang mendekati sempurna -bagiku amatlah sempurna- dihadapanku kini. Inginku menghentikan waktu, hanya sampai saat ini. Jangan ada lagi, jangan ada lagi.

"Bulan sama bintang selalu bersama ya, Io.. Membuat langit malam selalu tampak indah dengan keberadaan mereka,"
Aku hanya tersenyum, bahkan tak bisa berhenti tersenyum. Membiarkan lekuk wajahnya berkerut kebingungan, karna aku belum juga membalas ucapannya.

"Kalau disuruh milih, kamu mau jadi apa malam ini? Bulan, bintang, atau.. Matahari?"
Kulihat wajah cantiknya berfikir, lalu tersenyum semangat karna sepertinya ia akan menjawab pertanyaanku barusan.

"Aku.. Mau jadi bintang, Io.. Dan aku mau, kamu jadi bulan yah? Biar kita bisa sama-sama terus. Hihi"

Gadisku terkekeh dengan polosnya, ooh. Ingin sekali aku mencubit pipinya yang menggemaskan itu, terlihat bercahaya terpantulkan cahaya bulan.

"Aku gak mau jadi bulan, aku cuma ingin jadi matahari, Fy."
Kening Ify berkerut.

"Berarti kamu ga mau selalu nemenin aku dong, Io? Jahat ih kamu. Matahari itu egois yo,"

Aku tersenyum jahil melihat tuduhan kecil itu. Aku jahat? Oh tidak. Dia hanya belum tau apa alasanku ingin menjadi matahari.

"Aku ga mau selalu ada disamping kamu, tapi ga bisa berbuat apa-apa untuk kamu."

"Loh?"

"Kamu tau? Bulan mendapatkan cahayanya dari mana?"

Dahi gadis itu berkerut,"ng.. Matahari, ya?"

"Kamu tau kan, bulan itu ga bisa punya cahaya sendiri, ia selalu membutuhkan matahari untuk memperoleh sinarnya."

"Karna memang, bulan itu tidak akan bisa bersinar, jika tanpa matahari. Meskipun, matahari tak sedikitpun tampak di sekitar bulan saat langit malam datang."

Aku menghela nafas sebentar.
"Dan seperti matahari lah, aku ingin menjadi sepertinya"

"Walaupun tidak bisa selalu disamping bulan, walaupun ketika awan mendung menutupi kerlipan bintang, matahari tidak akan menghentikan sinarnya, tidak akan pernah. Meski sekalipun ia tak tampak."

"Dan bulan, akan terus menerangi langit malam, ketika matahari masih mampu memberikan sinarnya.""Haha. Aku bikin kamu bingung, ya? Jadi, masih mau jadi bintang?"

Dia tersenyum, Ify. Gadisku. Sepertinya kali ini dia sudah mengerti, dan aku? Sepertinya pun sudah mengerti, pertanyaanku diatas sudah terjawab saat ini."

Aku ingin jadi bulan, Yo.. Karna kalo aku jadi bulan, aku bisa dapet cahaya kamu terus, aku bisa ngerasa sama kamu terus. Hihi."

"Berarti, walaupun aku ga selalu disamping kamu, kamu percaya, kan? Kalo aku akan selalu ada, buat kamu?"

Kulihat ia berfikir sejenak, lalu tersenyum mantap. Memberikan senyum terbaiknya malam ini, senyum yang mungkin untuk keterakhir kalinya untuk aku nikmati keindahannya.

'Aku sudah tenang ninggalin kamu, Fy..'

Kali ini, aku benar-benar memeluknya, membuat tubuhku dan tubuhnya seakan menyatu, merasakan bau wangi yang khas pada tubuh gadis ini, dan aku ingin waktu ini berputar hanya sampai saat ini saja. Agar meskipun waktuku telah usai, aku masih ada dalam pelukannya.

Dan benar saja, waktuku telah usai. Selamat jalan, Fy.. Semoga disaat kamu lepas pelukan ini, aku masih bisa lihat senyum kamu seperti biasanya, ya.. Karna aku, masih akan tetap jadi matahari untuk kamu, selalu ada untuk kamu, walaupun kenyataan pahitnya, aku tidak bisa selalu ada di dekat kamu. :)

-The End-

Tidak ada komentar: